Teknologi adalah sebuah pertanda kemajuan. Negara yang
menguasai teknologi mutakhir, akan tergolong Negara maju. Di zaman sekarang,
seseorang yang gaptek dengan teknologi akan di asingkan dalam keramaian.
Seseorang yang mengusai teknologi akan mengusai jagat raya, bisa terbang
melebihi kecepatan burung, hidup terasa mudah, bahkan bisa memperdaya
manusia-manusia lainnya, bahkan bisa berubah menjadi manusia robot, manusia
tanpa tanding. Itulah teknologi.
Bagaimana teknologi dimata kakek? Sebuah pertanyaan yang sempat saya ajukan sehabis mudik
lebaran kemarin. Kakek memang sudah sangat uzur, usianya sudah memasuki 85
tahun, jauh sebelum Indonesia merdeka, kakek sudah lahir, bahkan dia ikut
memanggul senjata mengusir Jepang dan Belanda di kampung, ikut bergerilya. Tak
heran jika bulan agustus kemarin, selain karena bulan ramadhan, juga karena peringatan
hari kemerdekaan, gairah hidup kakek hidup kembali, semangat 45, katanya.
Sebagai orang tua, punya pengalaman hidup yang panjang,
akan identik dengan sebuah kebijaksaan. Demikian juga kakek, jika ketemu,
seakan tidak lupa memberikan petuah-petuah, bekal untuk hidup.
Kembali ke pertanyaan saya diatas. Bagaimana teknologi dimata kakek? Di
zaman perang, katanya, Belanda dan Jepang mempunyai teknologi yang lebih
canggih dibanding dengan pejuang-pejuang waktu itu. Belanda dan Jepang
mempunyai senjata yang cukup modern, dan dia sendiri hanya bersenjatakan ala
kadarnya. Tapi itu dulu.
Sekarang, lanjutnya, teknologi sudah lebih canggih lagi. Bukan hanya senjata,
tetapi semua jenis peralatan sudah sangat mutakhir. Sudah berubah 360 derajat.
Kehidupan sudah berubah, dan kakekpun sudah uzur. Dulu, lanjutnya, naik mobil dari Makassar ke kampungnya di Bulukumba memakan waktu 3 hari,
sekarang tinggal 3 jam. Dari kecepatan sudah sangat cepat, demikian pula dengan
suara mobil. Suara mobil dulu, sekitar satu kilometer sudah tahu ada mobil yang
datang, saking besar suaranya. Apalagi pesawat Jepang, katanya, lebih besar
lagi, menderu-deru memekatkan telinga.
Itu tidak akan ditemui lagi sekarang. Sekarang mobil,
motor tidak bersuara lagi. Pesawat yang biasa lewat diatas rumah, tidak lagi
memekatkan telinga, karena memang tidak mengeluarkan suara lagi. Bukan itu
saja, lanjutnya, bahkan dulu anjing di kampung sangat banyak, jika menggonggong
biasa membuatnya jengkel, apalagi jika menggonggong dimalam hari. Mungkin
karena pengaruh teknologi, anjing pun sekarang tidak lagi besuara, dia hanya
seperti menguap, demikian juga ayam tidak lagi berkokok ataupun kambing tidak
lagi mengambek. Semua sudah tidak lagi mengeluarkan suara. Teknologi membuat
dunia sepi, tanpa suara.
Sejenak pun saya sudah meninggalkan kakek, harus
berangka karena mobil jemputan sudah datang. Setelah pamit, sama keluarga, dan
mencium tangan kakek, saya pun berangkat meninggalkan kampung. Pembicaraan
terakhir dengan kakek, saya kira itu adalah sebuah kata-kata bijak yang
mengandung seribu hikmat. Tetapi sekarang saya baru sadar. Karena usia kakek
yang sudah uzur, sehingga pendengarannya pun sudah terganggu. Saya baru ingat,
ternyata kakekku sudah tuli, pantas saja suara-suara teknologi tidak bisa lagi
di dengarnya…
Persepsi yang salah, akan menimbulkan interpretasi yang
salah pula. Karena persepsi di bangun oleh alat indera, maka untuk membuat
interpretasi yang betul membutuhkan alat indera yang tajam.